Selasa, 24 Juli 2012

Jabrik , Edane 1995 , album Indonesia Terbaik

JABRIK (album kedua Edane, 1995), in my humble opinion, adalah salah satu album terbaik & legendaries yang pernah dirilis musisi Indonesia. Tentu saja, alasan utamanya, karena saya mengidolakan Eet syahranie , tapi diluar itu, sebagai pemerhati (caelah…) music rock, saya belum menemukan album lain yang dirilis musisi lain yang mampu menandingi kemegahan music music di album Jabrik ini. Perpaduan antara hard rock & heavy metal yang kental, musikalitas yang luar biasa mumpuni, sound yang rapi & digarap serius, dibarengi kemampuan menyusun komposisi & rif rif yang luar biasa, membuat saya haus, karena ini adalah siang hari di bulan puasa ….maksud looh??


Dimulai dengan terjangan badai gemuruh heavy metal di lagu Wake of The Storm, lagu yang punya video klip agak norak ini, sejak pertama saya simak di radio GMR saat masih SMP (ijazah terlampir) sampai sekarang tetap membuat saya terkagum,koq bisa ya musisi indonesia bikin lagu se EDAN ini.


Lagu kedua, Jungle Beat, dengan tempo menurun, tetap mengetengahkan rif rif heavy metal yang bikin tegang…. Tuuh kan dikatain tegang aja mikirnya dah kemana…kamseupay deh. Dijembatani oleh lead gitar khas Eet yang jelimet juralit juralit dijamin jari keriting.


Selanjutnya, lagu Big Town, bernuansa hard rock dan rock n roll, berkisah tentang kehidupan kaum urban yang sulit di ibu kota.


Lagu keempat, Victim of The Strife, bisa jadi merupakan salah satu lagu favorit banyak pecinta rock Indonesia (angkatan saya ), sebuah balada tentang anak anak kecil yang jadi korban kekerasan, tapi tetap di pertengahan lagu telinga kita dihantam juga oleh ritme heavy metal yang harmonis.


Lagu ke lima, Call Me Wild, masih sepupuan sama lagu Menang Atau Tergilas di album pertama, dengan pengaruh thrash metal yang kencang & ketukan midpaced drum, ini lagu terbuas di album Jabrik, dan tidak lupa dilengkapi interloud shredding yang mengintimidasi gitaris pemula :D .


Pancaroba, single kedua yang dibikin klip dari album ini, juga digemari secara nasional (tentu saja karena ada klip nya di TV), hmm, apa yang mesti saya bilang selain CADAS seperti batu karang. Seperti lagu lain di album ini, Pancaroba juga punya struktur lagu yang lumayan padat dari rif ke rif, kaya akan komposisi ritmis.


Way Down, menurunkan tensi menjadi hard rock, memberi kesempatan pendengar untuk menarik nafas dulu, disusul dengan komposisi instrumental bas berjudul I.X.S dari sang gondrong kriting Iwan Xaverius yang cukup unik.


Setelah cooling down, suasana berangsur “mengeras” (pasti pilihan kosakata ini salah XD ) dengan lagu Alam Manusia, yang sempat jadi jawara di tangga lagu radio rock di Bandung dalam waktu yang lumayan lama (sok tau nih kayanya..). dengan tempo sedang sedang saja, Alam Manusia punya sound heavy metal yang bagus sekali, tentu terutama di sector gitar, dan punya komposisi yang harmonis buat telinga kebanyakan orang.


Burn It Down, sebuah lagu berirama hard rock yang diakhiri dengan kekejaman Eet Syahranie menganiaya senar gitarnya dari pertengahan (interloud) hingga akhir dengan shredding yang memukau.


Akhirnya, album yang dahsyat & luar biasa (kata orang MLM) ini ditutup dengan sebuah komposisi instrumental bertajuk Kurusetra, mengedepankan gempuran drum Fajar Satritama, yang menderu seperti baling baling helicopter yang tinggal landas, dengan gilasan double pedal bertempo sedang dibarengi sayatan sayatan gitar sang Eet.


Oke, itu saja review saya tentang sebuah album klasik yang menurut saya underrated, semoga menjadikan puasa kita semakin khusyuk… cekakakak. Anyway busway, saat ini sang vokalis, Heri Batara, menjabat sebagai manager band, bukan vokalis lagi, memang cukup disayangkan…

Sabtu, 14 Mei 2011

KONTROVERSI METALCORE: METAL ATAU BUKAN?

KONTROVERSI METALCORE: METAL ATAU BUKAN?

Di berbagai forum internet, hal ini termasuk yang paling sering dipertanyakan, karena kemunculannya pada decade ini begitu deras, dan melahirkan berbagai sikap, termasuk kubu yang paling besar adalah yang bersikap menolak metalcore masuk kategori musik metal.

Ada point penting sebelum membahas hal ini. pertama, musik (metal) bukanlah agama, yang bisa diyakini secara absolut, yang nilai nilai didalamnya tidak bisa dirubah. Musik (metal) adalah kebudayaan, sub-kultur, sama seperti kebudayaan lain. Ia mempunyai sejarah, mempunyai identitas/ ciri khas, mempunyai nilai nilai semangat, dan semua kebudayaan didunia ini berevolusi, berkembang, menyesuaikan diri dengan keadaan, melahirkan kebudayaan baru. Kita hidup di dunia ini telah terbagi kedalam ratusan atau bahkan ribuan kultur/ subkultur yang berbeda, Menghormati kelompok budaya yang berbeda, menghargai nilai nilai yang ada, memungkinkan kita hidup berdampingan dalam keberagaman. Termasuk menghargai para metalheads, yang telah puluhan tahun berkomitmen memelihara semangat juang anti kemapanan yang mereka pegang.

Ada baiknya kita telusuri akar jejak musik metalcore ini sejak awal kemunculannya, untuk kemudian bisa kita kaji, apakah metalcore ini tergolong musik metal atau bukan.

HARDCORE PUNK

Black Flag, Discharge, dan The Exploited, adalah para peracik genre hardcore punk ini sejak tahun 1977-1984, yaitu menggabungkan musik punk yang liar, cepat, & brutal, dengan unsur heavy metal dari Black Sabbath. The Exploited sendiri musiknya terus berkembang hingga era 2000-an ke arah yang lebih ekstrim dengan pengaruh blast beat grindcore ala Napalm Death. Saat itu pula Misfits merilis album Earth AD yang akan menjadi salah satu panutan musik thrash metal. Di masa sekarang, Misfits dikenal memadukan style punk lengkap dengan mohawk dan army boots sekaligus ditambah facepaint dan nuansa horror seperti black metal.

CROSSOVER THRASH

Corrotion of Confirmity, D.R.I , dan Suicidal Tendencies, memainkan musik perpaduan antara thrash metal gaya Metallica & Slayer dengan musik punk hardcore. Selain itu, Cro-Mags menghadirkan gaya perpaduan Bad Brains, Motorhead, & Black Sabbath. Irama breakdown hardcore yang bisa memancing penikmatnya untuk angguk angguk, goyang goyang badan sampai moshing, dikembangkan oleh Agnostic Front pada tahun 1986. ditambah energi berat dari thrash/heavy metal dan nuansa chaotic dari punk, bisa dibilang Agnostic Front inilah yang merintis metalcore.
Beberapa tahun sebelum kemunculan Beasty Boys, Rage Against The Machine dengan konsep rock rap core nya, di era 80-an ini telah muncul konsep serupa, yaitu penggabungan musik metal dengan rap. Band heavy/thrash metal yang saat ini telah diakui sebagai salah satu dari The Big Four, yaitu Anthrax, menggebrak dengan lagu Bring The Noise bekerjasama dengan rapper Public Enemy. Konsep yang tidak jauh berbeda saat itu dimainkan pula oleh Faith No More dan Ugly Kid Joe, dan lumayan mendapat tempat di kalangan pecinta rock & metal setelah video klip mereka rajin ditayangkan MTV.

METALLIC HARDCORE

Memasuki decade 90-an, Biohazard, Earth Crisis, Shai Hulud, Strife, dan Hatebreed memimpin di garis depan band band hardcore dengan muatan riff yang diinspirasi heavy & death metal. Selain itu, Pantera dan Sepultura dianggap band yang paling bertanggung jawab dalam menurunkan tensi thrash metal yang lebih bisa diterima telinga masyarakat umum, dengan penggunaan breakdown ala hardcore dan minimnya penggunaan mid-paced blast beat khas thrash metal.

NU-METAL

Terinspirasi metallic hardcore, yaitu agar musik keras lebih bisa diterima khalayak , maka metal mulai dicampur aduk dengan beragam genre. Limp Bizkit muncul mengkombinasikan hardcore-metal dengan hip hop lengkap dengan turn table DJ nya. sontak kemunculan mereka diterima oleh dunia komersil, dan kesuksesan mereka diikuti oleh membanjirnya arus tren nu-metal, termasuk munculnya band Linking Park. Selain itu, Korn, Disturbed, Down, Orgy, Creed, Nickelback, Drowning Pools, dan band lain, meraih kesuksesan yang sama, setelah menggabungkan metal dengan musik alternative di pertengahan 90-an hingga akhir 90-an. Ada juga yang mengetengahkan nuansa death metal yang lebih kental ke dalam musik alternative, seperti Slipknot, walau pada album album terbaru mereka terus kehilangan nuansa death metalnya.

Disisi lain, kemunculan penyanyi Avril Lavigne dan Marylin Manson mulai berdampak luas. Penggabungan gaya punk, rock , metal, serta dandanan gothic, mulai menjadi trend fashion dunia. Gaya dandanan gothic rock dengan eyeliner hitam dan berbagai aksesori lainnya ini, lebih lanjut lagi digabungkan dengan fashion ala harajuku , rambut gaya kartun jepang, & berbagai badai trend fashion lainnya. Gaya seperti inilah yang melahirkan fashion baru, yaitu, (fake) emo.

Trend fashion seperti ini segera disambut pihak label besar dengan memunculkan band band alternative pop-punk seperti Blink 182. Sum 41, Fall Out Boys, dan All American Reject. Dari sinilah format metalcore dekade akhir terbentuk.

MELODIC METALCORE

Sejak awal tahun 2000-an, pola trend musik keras dunia mulai bergerak ke arah metalcore. Penggabungan jenis vokal alternative pop-punk dengan elemen musik post-hardcore, ditambah dengan teknik gitar gaya Gothenburg/ melodic death metal dibumbui harmoni melodic punk, melahirkan musik screamo/ metalcore. Band band yang sudah tidak asing lagi di telinga kaum muda di seluruh dunia seperti Avenged Sevenfold, All That Remains, Atreyu, Trivium, Underoath, As I Lay Dying, The Devil Wears Prada, Bullet for My Valentine, dan Bring Me The Horizon, menjadi trend setter yang dimanfaatkan para produser untuk mengeksploitasi unsur unsur metal ke dalamnya lebih banyak lagi. Musik metal yang terlahir dengan semangat anti trend, terus dikorupsi dan dijadikan komoditas jualan yang menguntungkan, dengan dibumbui berbagai gimmick, seperti nuansa gothic, darah, dan satanisme, tanpa memahami esensi sebenarnya dari semua itu.

MELIHAT METALCORE DARI SISI MUSIKALITAS (SUDUT PANDANG KRITIS METALHEADS)

Tidak ada yang salah dengan trend, major label, media besar, komersialisme, dan fashion. Semua itu sah sah saja. Semua orang bebas bereksplorasi bereksperimen dengan seni musik. Juga bukan berarti sub-genre metalcore itu tidak layak untuk muncul. Banyak sekali musisi metalcore yang berbakat dan melahirkan karya karya yang berkualitas. Band muda seperti August Burn Red dan Chelsea Grin termasuk diantara para generasi baru metalcore yang memiliki energi dan musikalitas yang memadai. Juga tidak semua band pure metal itu bagus. Banyak juga musisi metal yang kurang berbakat dan hanya melahirkan karya seadanya. Dan bukan berarti musik metal memusuhi media besar dan komersialisme. Band band metal seperti Metallica, Megadeth, Slayer, Iron Maiden, Cannibal Corpse, adalah juga selebriti MTV dengan bayaran manggung yang luar biasa. Yang menjadikan mereka besar adalah konsistensi, kesetiaan terhadap genre yang dimainkannya, bekerja keras untuk melahirkan karya yang masterpiece, hingga setelah masa berganti, nama mereka terus melekat dan melegenda. Mereka tidak memanfaatkan trend yang ada, mereka setia dengan semangat ke-metal-an mereka.

Yang jadi masalah adalah, ketika sesuatu menjadi trend, maka semua orang ingin melakukannya, meniru, memainkan hal yang sama. Maka buah dari trend adalah, membanjirnya band band lain yang hanya ikut ikutan, tanpa memiliki musikalitas yang memadai, meniru karya karya yang sudah ada, menjadikannya begitu murahan dan menjenuhkan. Trend tidak hanya terjadi di dunia major label. Ketika era 2000-an musik brutal death metal sempat menjadi trend, banyak sekali lahir band band dengan kualitas asal asalan, hanya mengandalkan blast beat, inhale grunting, dan palm muted riffs guitar. Akhirnya yang tedengar dari sekian ratus band hanya bunyi-bunyian berisik yang seragam. Begitu pula ketika sempat black metal menjadi trend pada pertengahan hingga akhir 90-an, terlalu penuh sesak scene ini oleh band band yang hanya mempermalukan musik black metal bermodalkan kemampuan minim. Tudingan tudingan miring, musik berisik tidak jelas, sok satanik-satanikan, berimbas luas, akibat sempat meledaknya musik black metal ini. Bahkan sang vokalis legendaris black metal, Ihsahn (Emperor) sempat mengkritik menjamurnya band black metal di di daratan Eropa sana, yang membuatnya risih menyandang title musisi black metal, karena pemakaian face paint, aksesoris dan gimmick satanisme yang berlebihan tidak ditunjang oleh kualitas secara musikal. Band Emperor sendiri akhirnya meninggalkan gimmick tradisional black metal seperti face paint, pedang , kapak, dan lainnya, dan memilih penampilan lain yang lebih original, selain perubahan struktur musiknya, dari dominasi tremolo pick melodi tradisional menjadi lebih progressive dan berat.
Inilah yang terjadi dengan musik metalcore sekarang.

Lebih jauh tentang musikalitas, ada beberapa point yang dianggap sebagian kalangan sebagai pemisah antara metalcore dengan musik metal pada umumnya.

Vokal. Teknik vokal scream yang dilakukan musisi metalcore, banyak dianggap sebagai warisan black metal. Oleh karena itu, sangat banyak sekali pecinta metalcore yang membumbui semangat musiknya dengan satanisme, pentagram, 666, dan lain sebagainya. Kenyataannya, teknik vokal scream itu berasal dari punk dan post hardcore, yaitu cara bernyanyi dengan cara menjerit dan berteriak. Pada musik black metal, teknik vokal pada umumnya dikenal dengan sebutan shrieking, schorching, atau screack. Teknik yang dipraksai Quorthon (Bathory) pada tahun 80-an, dan disempurnakan oleh band band black metal lainnya, yang pada intinya terinspirasi oleh suara orang yang kesurupan setan, seringkali dimodifikasi agar lebih dalam ekspresinya dengan nuansa pekikan vampir, geraman kambing, dan lain sebagainya. Selain itu terdapat kesalahan persepsi di mata para pecinta metalcore, yang mengira bahwa musik mereka penuh dengan energi setan, kegelapan, sebetulnya para dedengkot metalcore banyak mengambil tema kristiani. Sebut saja Avenged Sevenfold yang nama band nya diambil dari sebuah frase dalam kitab Injil. Juga Despised Icon yang mengetengahkan tema tema kristiani selain band lainnya. Jadi penampilan gothic, tattoo, dan gimmick lainnya hanyalah tuntutan komersil, agar kemunculan mereka diterima khalayak luas.
Teknik vokal clean metalcore juga berbeda dengan clean vokal metal, heavy metal, power metal, gothic metal, Viking metal, doom metal, yang lebih ke arah klasik/tradisional. Sedangkan vokal clean metalcore lebih ngepop, dipengaruhi punk alternative.
.
Gitar. Pola partitur gitar metalcore pada umumnya berurutan seperti musik pop, yaitu, intro, verse, bridge, chorus, kemudian part fill in/interloud atau kadang diganti dengan breakdown. Penambahan breakdown ini dimanfaatkan major label untuk berpromosi di media , bahwa band mereka beraliran “progressive metal”. Hanya karena bumbu dan sedikit variasi breakdown.
Pada umumnya metalcore menggunakan double guitar, memainkan riff riff sederhana dengan pola skala nada yang sederhana pula. Pada musik metal, pola nada pada umumnya progress, bertingkat. Struktur lagu yang rumit, walau tingkatan kerumitannya berbeda beda. Lagu metal dengan konsep yang sederhana, misalnya Nothing Else Matters (Metallica), sedikit diperdebatkan pula, karena secara keseluruhan album Black milik mereka memang dianggap “sellout”,kacangan, komersil, oleh sebagian kalangan.
Tuning gitar metalcore pada umumnya downtuned, drop D atau drop C, agar terdengar lebih heavy, berat, sangar. Perpaduan permainan downstroke palm muted riffs dan melodi gaya Gothenburg metal, seringkali dibumbui teknik arpeggio, kadang kadang ditambah crosspick. Semua teknik ini diambil dari metal, namun ditambahkan banyak beat breakdown hardcore dan harmoni punk.

Drum. Pada umumnya teknik drum memakai mid-paced blast beat, breakdown dengan gempuran double pedal, dan beat beat groove. Semua merupakan perpaduan dari hardcore dan thrash metal.

Saat melihat kedalam tubuh musik metal sendiri, yang jelas mendapat pengaruh musik punk dari sisi kecepatan dan kebrutalan, juga musik klasik dari nuansa dan progresi kord, disamping pengaruh musik lain, tapi tidak merubah image musik punk yang tetap punk, musik klasik tetap musik klasik, sebagaimana telah dikenal sebelumnya. Musik metal tidak mengklaim diri sebagai punk atau klasik. Hal ini berbeda dengan metalcore yang telah membiaskan bahkan merusak image musik metal.

Jika dilihat dari struktur musik dan soul yang ditampilkan, umumnya para metalheads lebih menerima band band semacam Chimaira, Caliban, Walls of Jericho, Gojira, God Forbid, Killswitch Engage, atau Lamb of God sebagai pengusung metalcore, daripada A7X, BMTH, BFMV, Black Veil Bride atau Alesana. Band-band yang saya sebutkan sebelumnya itu, mendapat pengaruh kental terutama dari Pantera dan Sepultura sebagai pionir groove thrash metal.

DEATHCORE

Deathcore merupakan pengembangan lebih lanjut dari metalcore. Yaitu, sama sama mengambil unsur metal (khususnya death metal) dengan breakdown hardcore dan gimmick trend lainnya.
Pada musik deathcore, yang masih menjadi bagian dari metalcore, teknik gitar selain didominasi palm muted riffs, juga penggunaan teknik tremolo pick untuk menambah nuansa brutal. Blast beat drum sangat umum pada musik deathcore ini, yang menunjukan pengaruh besar dari death metal. Juga teknik vokal high pitch pig squeal, low growl, dan bumbu scream ala metalcore. Namun struktur lagunya sangat sederhana, sama seperti metalcore.
Kemungkinan besar sub-genre deathcore ini terinspirasi oleh Dying Fetus, yang menggabungkan unsur brutal death metal, grindcore, dan hardcore. Namun apa yang dipraktekkan Dying Fetus (DF), terutama di album Purification Through Violence, Destroy The Opposition, dan Killing On Adrenaline, sangat berbeda dengan struktur lagu musik deathcore. DF menyusun komposisi musik yang sangat rumit, pergantian irama yang intense, progresi lagu yang aggressive, breakdown yang buas,dipadu hyperblasting drum yang bersahut sahutan dengan irama jazz, dan partitur gitar yang sangat rumit. Semua yang dimilki DF adalah khas metal, khas death metal. Walaupun grindcore lahir dari rahim musik punk, namun outputnya adalah musik brutal death metal, plain METAL.

Banyak kritikus yang mengatakan, bahwa deathcore adalah musisi metalcore yang ingin terlihat & terdengar brutal seperti deathmetal. Salah satu band pionir deathcore, yaitu Suicide Silence, banyak disebut sebagai band miskin skill, memiliki musikalitas pas pasan, hanya menjual image brutal untuk kepentingan komersil, tanpa memahami esensi/ nilai nilai dari death metal yang mereka ambil.

UNDERGROUND = METAL ?

Setelah melihat gerakan yang tidak sejalan antara musik metal dengan trend, apakah bisa dibilang bahwa musik metal sama dengan underground? Ada berbagai pendapat dan perdebatan mengenai hal ini.

Underground adalah sebuah gerakan “bawah tanah”, gerakan yang dimaksudkan untuk memperjuangkan sesuatu yang sulit berkembang bila dijalankan terang-terangan. Ini bisa berarti gerakan musik, gerakan politik, gerakan kepercayaan, kegiatan olahraga ekstrim, bahkan para pembuat buku komik pun banyak bergerak secara underground. Yaitu mengerjakan sendiri segala sesuatu yang diperjuangkan, dari mulai ide awal, proses pematangan menjadi sesuatu, hingga proses publikasi hasilnya, dilakukan sendiri. Banyak alasan untuk melakukan hal ini. Salah satu alasan utama, sulit diterima masyarakat bila dilakukan secara terbuka.

Itulah yang terjadi pada kultur musik metal. Pada awal 90-an, para pecinta thrash metal/ death metal Indonesia berusaha menawarkan demo lagu mereka pada label label rekaman, namun karena pihak label memandang musik seperti itu sulit dijual, mereka diminta merubah konsep lagu/ aliran musiknya menjadi lebih pelan & lirik lagu yang lebih umum agar mudah diterima masyarakat dan dijual. Tentu hal ini tidak sesuai dengan idealisme para metalheads. Akhirnya pilihan jatuh pada gerakan underground. Sesama musisi dari berbagai kota di Indonesia saling menjalin komunikasi, saling mendukung, hingga akhirnya komunitas metal undergroud di Indonesia tumbuh lebih besar. Akhirnya banyak bermunculan indie label di berbagai kota yang siap memproduksi dan mengedarkan karya karya para metalheads Indonesia.

Pada musik metalcore, kultur pop sangat jelas terlihat. Selain pemanfaatan trend fashion harajuku-gothic-punk yang telah menjadi mainstream, bisa kita simak, misalnya pada lagu milik Asking Alexandria atau Black Veil Brides, terdengar jelas nuansa pop-ish, hingga penambahan unsur trance music/groove dance, yang semuanya itu ditujukan agar musik metalcore bisa diterima oleh telinga para pendengar musik pop. Akhir-akhir ini setelah saya menyimak berbagai forum internet dan surfing di Youtube, saya telah menemukan beberapa band metalcore bahkan telah memasukkan unsur unsur musik pop r'n b gaya Rihanna atau Justin Bieber kedalamnya. Bila di umpamakan kedalam makanan, maka musik jenis ini adalah musik cepat saji yang telah ditambah berbagai bumbu penyedap yang gurih dan dipublikasikan dengan jargon jargon gaul, trendi, cool, gahar, gelap, brutal, sekaligus funky.

Namun bukan berarti musisi metal memusuhi major label dan media besar. Musik metal saat ini sudah lebih diterima di sebagian kalangan di masyarakat. Contohnya di kota Bandung, pemerintah kota Bandung telah menjalin kerjasama dengan komunitas metal/ undergroud. Yang terjadi adalah, para musisi metal jenuh dengan anggapan masyarakat pada umumnya, yang mengatakan bahwa metal itu Avenged sevenfold, metal itu metalcore, seperti yang ditulis media media besar , sehingga dengan penuh semangatnya seorang fans berat Avenged Sevenfold mengganggu fan page facebook aliran pop/ rock melayu , memposting status yang merendahkan aliran lain dan menganggap band idolanya yang paling hebat dan paling metal. Atau seorang fans metalcore intense mempropagandakan semangat anti band melodic punk lokal berbakat PeeWeeGaskin, hanya karena berbeda selera musik, sedangkan komunitas melodic punk sendiri tidak memiliki masalah dengan musik bergenre lain, termasuk metalcore. Padahal sudah terbukti pada pemaparan saya di atas, bahwa musik metal yang sebenarnya bukan itu. Telah terjadi pembelokan fakta demi popularitas. Major label dan media besar telah memberikan informasi yang keliru, lebih ekstrim lagi ada yang mengatakan, media besar telah melakukan pembodohan masal.

Ada yang tidak terlalu peduli tentang hal ini, mengatakan bahwa tidak perlu mempermasalahkan tentang aliran musik, itu ada benarnya. Tapi telah saya sampaikan pula di atas, bahwa kitapun perlu menghormati eksistensi kebudayaan yang berbeda. Dalam hal ini, komunitas metal underground. Semua bisa bersama sama berkarya, saling mendukung walaupun berbeda genre, baik itu metal, pop, dangdut, atau aliran lain, tapi tetap menghargai identitas kebudayaan yang berbeda. Ada yang terusik ketika media terus gencar mengeksploitasi kata “METAL” dengan makna yang keliru.

Kesimpulan tentang metalcore, apakah bagian dari metal atau bukan, apakah hal seperti ini harus dipertanyakan atau tidak, akhirnya kembali pada diri sendiri. Sikap saling menghargai, dan yang lebih penting, semangat untuk terus menghasilkan karya yang lebih bagus dan lebih orisinal, tentu patut dikembangkan, hingga genre apapun yang dihasilkan, dia akan menjadi besar, bisa dijual media besar , diterima dengan baik dimata masyarakat. Bukan sebaliknya

Rabu, 11 Mei 2011

SEKILAS TENTANG PENTAGRAM DAN ANGKA 666

SEKILAS TENTANG PENTAGRAM DAN ANGKA 666

Didalam musik metal, terutama black metal dan beberapa genre extreme metal, seringkali kita jumpai symbol symbol yang mewakili musik tersebut, misalnya salib terbalik, pentagram, angka 666, dan isyarat tangan salam tiga jari \m/  .

Tentunya hampir sebagian masyarakat telah mengetahui maksud instan dari semua symbol tersebut, yaitu mewakili satanisme. Tentang hubungan satanisme dan musik metal sendiri telah saya bahas pada artikel sebelumnya. Kali ini saya ingin mengkhususkan pembahasan sederhana tentang hal ini, karena sangat erat kaitannya dengan musik metal di mata masyarakat.

Sesungguhnya pembahasan tentang hal ini sangat berkaitan erat dengan agama Kristen dan beberapa gerakan kepercayaan/ okultisme , yang pada kenyataannya saya sendiri tidak faham, hanya tahu sekilas luarnya saja, sehingga untuk data yang lebih komprehensif, harus dibahas langsung oleh orang yang lebih berkompeten.

Pentagram, merupakan bentuk bintang bersudut lima, asal mulanya berasal dari symbol bintang daud dalam kepercayaan yahudi. Menyimpan makna cahaya terang, pencerahan, energi positif, dan juga okultisme penyembuhan penyakit. Pada gerakan satanisme, bentuk pentagram ini di putar balik 180 derajat, sehingga posisinya menjadi 2 titik sudut bintang mengarah ke atas, dan 3 titik sudut bintang mengarah ke bawah.

Maksud pertama, pembalikan bintang ini bersifat penghujatan pada ketuhanan. 3 titik sudut bintang mengarah kebawah disimbolkan sebagai penghujatan pada trinitas.

Maksud kedua, 2 titik sudut bintang mengarah ke atas disimbolkan sebagai tanduk iblis atau tanduk kambing yang di maksudkan pada Lucifer yang berwujud kambing. Juga hal ini pada kepercayaan mistik eropa dikenal mengundang energi jahat, karena membalikkan hal yang telah teratur, juga memamerkan kekuatan fisik melawan jiwa, juga symbol dari antagonisme dan kematian.

Tidak jauh berbeda halnya dengan isyarat tangan salam tiga jari/dua jari/sign of the horns(isyarat tanduk iblis), selain terdapat pada beberapa kebudayaan dunia yang tidak ada hubungannya dengan satanisme, penggunaan isyarat tangan evil horn \m/ pun mewakili format/ bentuk kambing bertanduk yang merupakan simbol Lucifer/ setan. Yang lebih memprihatinkan, symbol \m/ ini sekarang tidak hanya digunakan didalam lingkungan musik metal saja, tapi telah meluas ke segala lapisan masyarakat muda. Bila diperhatikan, seringkali anak anak muda sekarang mengetikkan symbol \m/ atau mengacungkannya , tanpa tahu arti sesungguhnya dibalik symbol tersebut, hanya karena mereka merasa keren menggunakannya.

Mengenai angka 666, hal ini berasal dari kitab suci agama Kristen, tercantum didalamnya bahwa 666 adalah angka yang tertera pada dahi raksasa buas akhir zaman sang antichrist. Banyak sekali para pakar kitab, sejarah,dan pakar bahasa, yang meneliti ,hingga berbagai kesimpulan telah muncul mengenai siapa atau apa yang dimaksud dengan angka 666 ini. namun yang mengejutkan adalah hasil penelitian para ahli di tahun 2005 yang menemukan bahwa setelah ditelaah manuskrip asli dengan bahasa asli naskah yang memuat hal ini, terungkap bahwa sebenarnya angka yang dimaksud adalah 616.

Banyak sekali pertanyaan mengenai penggunaan semua symbol satanisme ini didalam musik (black)metal. Mudah mudahan pembahasan sederhana ini membuka sedikit wawasan kita, agar para musisi metal tidak begitu saja menggunakan berbagai symbol gimmick tanpa memahami arti sesungguhnya, hanya ikut ikutan. Begitupun masyarakat awam sedikit memiliki gambaran mengenai semua ini. Sesungguhnya sebagian besar di antara kita semua hanya memiliki sangat sedikit saja pengetahuan mengenai hal ini, sehingga tidak pantas jika lantas dijadikan perdebatan mengenai siapa yang lebih benar dan siapa yang salah. Bahkan para pakar sendiripun sampai saat ini masih terus meneliti pesan implicit dan eksplisit yang terkandung didalam kitab kitab, apalagi kita yang hanya tahu sedikit.

Semoga musik metal menjadi wadah ekspresi positif dan konstruktif, tidak mengangkat wacana murahan untuk mendongkrak popularitas semata, tidak menggunakan wacana kontra produktif seperti penghujatan pada kepercayaan yang berbeda yang tidak akan memberi manfaat apapun. Musik metal akan berdiri dengan kehormatan dan harga diri, menentang derasnya arus industri pop komersial yang menjenuhkan, seragam, dan murahan.


Mohon koreksi dan kritikannya atas tulisan saya ini.Silahkan di copypaste, semoga bermanfaat untuk semuanya.

APA HUBUNGAN MUSIK METAL & BLACK METAL DENGAN SATANISME?

APA HUBUNGAN MUSIK METAL & BLACK METAL DENGAN SATANISME?

Ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan, baik oleh orang diluar penggemar metal, maupun para metalheads sendiri. Seringkali pembahasan mengenai hal ini disertai perdebatan, karena ketidakfahaman masing masing pihak secara komprehensif terhadap hal ini.

Untuk menelusuri sejarah masuknya unsure satanisme dalam musik metal, kita kilas balik ke masa lalu, melihat akar musik metal, yaitu musik rock.
Musik rock lahir sebagai bentuk ekspresi kebebasan, pemberontakan terhadap keadaan yang serba seragam dan teratur. Hal ini merupakan jiwa dari akar musik yang lebih tua, yaitu musik blues. Musik blues berasal dari kebudayaan warga afrika-amerika yang kehidupannya termarjinalkan, minoritas yang mendapat perlakuan rasis dari mayoritas warga kulit putih. Semangat kaum inilah yang menghidupkan musik rock pada awal kemunculannya. Dengan tujuan mencapai ekspresi yang lebih kuat, suara yang lebih berisik, maka muncullah musisi sekelas Jimmy Hendrix dengan gaya permainan gitar elektrik berdistorsinya. Selanjutnya musik rock ini terus berkembang, lebih kaya nuansa, lebih berisik, teriakan vokal yang lebih ekspresif sebagai ungkapan berontak. Di masa 60-70-an, hadirlah para legenda musik rock seperti Deep Purple dan Led Zeppelin.

Black Sabbath, yang hadir pada tahun 70-an, banyak di tasbihkan sebagai band heavy metal pertama di dunia. Dengan lirik yang lebih pribadi, seringkali cenderung gelap, murung, disertai riff riff gitar yang lebih heavy dibanding musik rock sebelumnya, Black Sabbath mulai memperkenalkan unsur pembentuk musik metal. Terlebih lagi ketika lahir band Judas Priest, maka pola awal heavy metal telah terbentuk, setelah Judas Priest menghilangkan unsur blues pada musiknya. Seperti diketahui, skala nada blues cenderung bersifat ceria/ berjiwa positif, sedangkan Judas Priest menghadirkan riff yang terinspirasi musik klasik, skala nada yang sifatnya lebih kelam. Setidaknya tercatat seorang anak muda tewas bunuh diri setelah menyimak lagu Judas Priest. Sedangkan band Motorheads memperkenalkan perkawinan musik rock/ metal dengan irama musik punk yang cepat, liar, dan brutal.

Tahun 80-an, ketika industri musik pop komersial maju begitu pesat, para pecinta musik rock/ metal pun mengadakan perlawanan yang sengit mengatasi segala trend yang hadir, menunjukan ekspresi yang lebih ekstrim lagi dari sebelumnya. Untuk melawan semua gimmick & image musik pop yang manis, trendi, penuh cinta, penuh energi positif, para musisi metal menghadirkan suasana kebalikannya, yaitu kegetiran hidup, hitam, penuh kebencian,dan berbagai energi negatif.

Buah dari gaya hidup liberal dan kapitalisme, unsur unsur satanic mulai masuk ke dalam musik metal, sebagai ekspresi kebencian , kekecewaan dalam hidup, juga sebagai gimmick, bumbu, untuk membedakan identitas mereka dengan penggemar musik pop.

Sejak awal tahun 80-an, para musisi metal telah bermunculan dengan beragam ekspresi yang merupakan pengembangan dari semua hal tersebut di atas. Lagu-lagu bertema kegelapan, hari kiamat, penyiksaan neraka, dan hal hal lain yang tidak akan hadir didalam musik pop komersial, hadir ditengah kalangan anak muda pecinta metal, hingga akhirnya menyentuh langsung ranah reliji, yaitu hadirnya lirik lirik satanisme, menghujat ketuhanan, menyerukan kejahatan, menyatakan persekutuan dengan setan, dan lain sebagainya. Sekitar tahun 1983, muncullah band Amon (yang nantinya berubah menjadi Deicide), diikuti dengan kemunculan raksasa metal lainnya , Morbid angel, yang sama sama mengkhususkan diri pada tema satanisme. Bersamaan dengan makin dikenalnya musik metal, maka berbagai gimmick tentang satanisme di barat mulai banyak digunakan, seperti simbol salib terbalik, angka 666, penggunaan berbagai literature kuno tentang pemujaan berhala seperti Lucifer, Belial, juga penggunaan symbol symbol mistik seperti pentagram, lilin, belati ritual, dan lain sebagainya. Disadari atau tidak, akar dari semua gimmick satanisme ini sebetulnya adalah bermula dari ekspresi berontak dan perlawanan terhadap trend dan keadaan.

NORWEGIAN BLACK METAL. BUKAN SEKEDAR GIMMICK?

Dibandingkan dengan perkembangan musik metal di USA dan sebagian besar Eropa, lain halnya dengan sejarah musik metal di daerah Skandinavia, seperti Finlandia, Swedia, dan terutama, Norwegia. Banyak yang beranggapan bahwa band band black metal Norwegia menggunakan satanisme tidak hanya sebagai gimmick/bumbu saja, melainkan sebagai gaya hidup/kepercayaan/ pandangan hidup. Berbagai sumber di internet mengatakan bahwa kepercayaan satanisme di Norwegia lahir sebagai bentuk kebencian masyarakat adat terhadap penyebaran agama Kristen disana, yang memarjinalkan dewa dewa kepercayaan tradisional mereka. Banyak sekali kasus pembunuhan, pembakaran gereja, penodaan makam umat Kristen, dilakukan oleh para musisi black metal Norwegia.

Namun bila kita simak pendapat Ihsahn, motor band Emperor yang sangat disegani di sana, dia mengatakan bahwa semua itu hanyalah ekspresi melawan arus, ekspresi pembangkanan terhadap semua hal yang normal,yang lazim. Varg Vikerness, sang ikon black metal Norwegia mengatakan, bahwa gerakan musik mereka sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan gerakan satanisme di Amerika serikat, gereja setan yang didirikan oleh sang penulis satanic bible, yaitu Anton Lavey.

Pada perkembangan berikutnya, black metal di Norwegia meluas cangkupan tema nya, dari mulai tema paganisme, kegelapan, kekejian peperangan abad pertengahan, hingga tema cinta tanah air, yang melahirkan genre baru, yaitu Viking metal.

IDEOLOGI MUSIK ADALAH EKSPRESI PRIBADI MUSISI, TIDAK MUNGKIN SAMA

Walaupun sangat banyak sekali musisi metal yang mengetengahkan literature satanisme, lengkap dengan berbagai symbol anti-christ, angka 666, pentagram, dan lain lain, seolah olah semua itu dijiwai oleh musisi yang bersangkutan, tapi sesungguhnya kita tidak tahu, apakah semua itu hanya gimmick/bumbu untuk menarik perhatian, sekedar ekspresi pemberontakan terhadap tren, atau benar benar ideology sejati sang musisi.

Sudah tidak asing lagi untuk para metalheads di dunia, bahwa telah hadir pula musik “white metal”, yaitu musik black metal dengan lirik kebalikan dari tema satanisme, melainkan tema Christianity. Banyak band band white metal memiliki lagu lagu yang bagus, tidak kalah heavy ataupun gelap dari sisi musical, lengkap dengan gimmick corpse paint (cat muka mayat), spike lengan, dan lain lain, tapi mengetengahkan lirik positif, kisah kisah Kristen, semangat anti satanisme. Istilah white metal sendiri sebetulnya hanya tercermin dari lirik , sedangkan dari musik dan penampilan, mereka tetap dikategorikan musik black metal.

Selain itu kita juga mengenal band Rudra dari Singapura, yang liriknya menceritakan kisah kisah dari kitab Mahabharata dan mitos mitos di negeri Hindustan, terkait para personelnya yang memang keturunan India. Kita juga bisa melihat contoh lain, seperti band Thagut di Amerika Serikat ,yang menyuarakan pesan pesan anti Islam, atau band Nile yang juga dari USA, diwakili oleh lagu mereka, “kafir”, yang isinya merupakan cemoohan / plesetan ayat ayat surah Al-Fathihah.

Dengan perkembangan musik metal yang makin pesat di seluruh dunia, tema tema lirik yang lebih beragam, sesungguhnya bisa kita lihat bahwa tidak ada hubungan langsung antara musik metal / black metal dengan satanisme. Sejatinya, musik adalah sesuatu yang universal, dia bisa didengarkan oleh orang dari agama apapun, suku bangsa apapun, kepentingan politik apapun. Musik didengarkan oleh telinga, dinikmati oleh hati, dan terkadang orang terpengaruh atau tidak peduli sama sekali terhadap pesan yang terkandung didalam liriknya. Ini berlaku untuk semua aliran musik. Terbukti. Walaupun musik pop banyak berkisah tentang kesetiaan cinta, namun para penikmat musik pop seringkali terjerumus kedalam perselingkuhan. Atau contoh lain, penikmat musik nasyid, yang tema liriknya selalu tentang kebaikan, pencerahan, namun kita tidak tahu apakah di kesempatan lain sang penikmat musik nasyid itu membuka website porno. Begitu pula dengan musik metal. Para musisi bebas berekspresi tentang kemarahan, kebencian, kekecewaan, satanisme, tapi setahu saya, sebagian besar penikmat musik metal hidup normal, bersahaja, tidak mencerminkan lagu lagu yang dinikmatinya. Segala sesuatu tidak bisa digeneralisir, dicap buruk seenaknya, disamaratakan, semua kembali pada diri sendiri, tanyalah kepada hati masing-masing.

Dengan adanya tulisan ini, diharapkan bisa memberi sedikit jawaban atas pertanyaan berbagai pihak, yang kerap menuduh musik metal sebagai musik sesat, musik setan, dan berbagai tudingan negatif lainnya.


Mohon koreksi dan kritikan atas tulisan saya ini.Silahkan di copy paste tulisan ini, semoga bermanfaat sebagai pencerahan pada semuanya.