Rabu, 11 Mei 2011

APA HUBUNGAN MUSIK METAL & BLACK METAL DENGAN SATANISME?

APA HUBUNGAN MUSIK METAL & BLACK METAL DENGAN SATANISME?

Ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan, baik oleh orang diluar penggemar metal, maupun para metalheads sendiri. Seringkali pembahasan mengenai hal ini disertai perdebatan, karena ketidakfahaman masing masing pihak secara komprehensif terhadap hal ini.

Untuk menelusuri sejarah masuknya unsure satanisme dalam musik metal, kita kilas balik ke masa lalu, melihat akar musik metal, yaitu musik rock.
Musik rock lahir sebagai bentuk ekspresi kebebasan, pemberontakan terhadap keadaan yang serba seragam dan teratur. Hal ini merupakan jiwa dari akar musik yang lebih tua, yaitu musik blues. Musik blues berasal dari kebudayaan warga afrika-amerika yang kehidupannya termarjinalkan, minoritas yang mendapat perlakuan rasis dari mayoritas warga kulit putih. Semangat kaum inilah yang menghidupkan musik rock pada awal kemunculannya. Dengan tujuan mencapai ekspresi yang lebih kuat, suara yang lebih berisik, maka muncullah musisi sekelas Jimmy Hendrix dengan gaya permainan gitar elektrik berdistorsinya. Selanjutnya musik rock ini terus berkembang, lebih kaya nuansa, lebih berisik, teriakan vokal yang lebih ekspresif sebagai ungkapan berontak. Di masa 60-70-an, hadirlah para legenda musik rock seperti Deep Purple dan Led Zeppelin.

Black Sabbath, yang hadir pada tahun 70-an, banyak di tasbihkan sebagai band heavy metal pertama di dunia. Dengan lirik yang lebih pribadi, seringkali cenderung gelap, murung, disertai riff riff gitar yang lebih heavy dibanding musik rock sebelumnya, Black Sabbath mulai memperkenalkan unsur pembentuk musik metal. Terlebih lagi ketika lahir band Judas Priest, maka pola awal heavy metal telah terbentuk, setelah Judas Priest menghilangkan unsur blues pada musiknya. Seperti diketahui, skala nada blues cenderung bersifat ceria/ berjiwa positif, sedangkan Judas Priest menghadirkan riff yang terinspirasi musik klasik, skala nada yang sifatnya lebih kelam. Setidaknya tercatat seorang anak muda tewas bunuh diri setelah menyimak lagu Judas Priest. Sedangkan band Motorheads memperkenalkan perkawinan musik rock/ metal dengan irama musik punk yang cepat, liar, dan brutal.

Tahun 80-an, ketika industri musik pop komersial maju begitu pesat, para pecinta musik rock/ metal pun mengadakan perlawanan yang sengit mengatasi segala trend yang hadir, menunjukan ekspresi yang lebih ekstrim lagi dari sebelumnya. Untuk melawan semua gimmick & image musik pop yang manis, trendi, penuh cinta, penuh energi positif, para musisi metal menghadirkan suasana kebalikannya, yaitu kegetiran hidup, hitam, penuh kebencian,dan berbagai energi negatif.

Buah dari gaya hidup liberal dan kapitalisme, unsur unsur satanic mulai masuk ke dalam musik metal, sebagai ekspresi kebencian , kekecewaan dalam hidup, juga sebagai gimmick, bumbu, untuk membedakan identitas mereka dengan penggemar musik pop.

Sejak awal tahun 80-an, para musisi metal telah bermunculan dengan beragam ekspresi yang merupakan pengembangan dari semua hal tersebut di atas. Lagu-lagu bertema kegelapan, hari kiamat, penyiksaan neraka, dan hal hal lain yang tidak akan hadir didalam musik pop komersial, hadir ditengah kalangan anak muda pecinta metal, hingga akhirnya menyentuh langsung ranah reliji, yaitu hadirnya lirik lirik satanisme, menghujat ketuhanan, menyerukan kejahatan, menyatakan persekutuan dengan setan, dan lain sebagainya. Sekitar tahun 1983, muncullah band Amon (yang nantinya berubah menjadi Deicide), diikuti dengan kemunculan raksasa metal lainnya , Morbid angel, yang sama sama mengkhususkan diri pada tema satanisme. Bersamaan dengan makin dikenalnya musik metal, maka berbagai gimmick tentang satanisme di barat mulai banyak digunakan, seperti simbol salib terbalik, angka 666, penggunaan berbagai literature kuno tentang pemujaan berhala seperti Lucifer, Belial, juga penggunaan symbol symbol mistik seperti pentagram, lilin, belati ritual, dan lain sebagainya. Disadari atau tidak, akar dari semua gimmick satanisme ini sebetulnya adalah bermula dari ekspresi berontak dan perlawanan terhadap trend dan keadaan.

NORWEGIAN BLACK METAL. BUKAN SEKEDAR GIMMICK?

Dibandingkan dengan perkembangan musik metal di USA dan sebagian besar Eropa, lain halnya dengan sejarah musik metal di daerah Skandinavia, seperti Finlandia, Swedia, dan terutama, Norwegia. Banyak yang beranggapan bahwa band band black metal Norwegia menggunakan satanisme tidak hanya sebagai gimmick/bumbu saja, melainkan sebagai gaya hidup/kepercayaan/ pandangan hidup. Berbagai sumber di internet mengatakan bahwa kepercayaan satanisme di Norwegia lahir sebagai bentuk kebencian masyarakat adat terhadap penyebaran agama Kristen disana, yang memarjinalkan dewa dewa kepercayaan tradisional mereka. Banyak sekali kasus pembunuhan, pembakaran gereja, penodaan makam umat Kristen, dilakukan oleh para musisi black metal Norwegia.

Namun bila kita simak pendapat Ihsahn, motor band Emperor yang sangat disegani di sana, dia mengatakan bahwa semua itu hanyalah ekspresi melawan arus, ekspresi pembangkanan terhadap semua hal yang normal,yang lazim. Varg Vikerness, sang ikon black metal Norwegia mengatakan, bahwa gerakan musik mereka sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan gerakan satanisme di Amerika serikat, gereja setan yang didirikan oleh sang penulis satanic bible, yaitu Anton Lavey.

Pada perkembangan berikutnya, black metal di Norwegia meluas cangkupan tema nya, dari mulai tema paganisme, kegelapan, kekejian peperangan abad pertengahan, hingga tema cinta tanah air, yang melahirkan genre baru, yaitu Viking metal.

IDEOLOGI MUSIK ADALAH EKSPRESI PRIBADI MUSISI, TIDAK MUNGKIN SAMA

Walaupun sangat banyak sekali musisi metal yang mengetengahkan literature satanisme, lengkap dengan berbagai symbol anti-christ, angka 666, pentagram, dan lain lain, seolah olah semua itu dijiwai oleh musisi yang bersangkutan, tapi sesungguhnya kita tidak tahu, apakah semua itu hanya gimmick/bumbu untuk menarik perhatian, sekedar ekspresi pemberontakan terhadap tren, atau benar benar ideology sejati sang musisi.

Sudah tidak asing lagi untuk para metalheads di dunia, bahwa telah hadir pula musik “white metal”, yaitu musik black metal dengan lirik kebalikan dari tema satanisme, melainkan tema Christianity. Banyak band band white metal memiliki lagu lagu yang bagus, tidak kalah heavy ataupun gelap dari sisi musical, lengkap dengan gimmick corpse paint (cat muka mayat), spike lengan, dan lain lain, tapi mengetengahkan lirik positif, kisah kisah Kristen, semangat anti satanisme. Istilah white metal sendiri sebetulnya hanya tercermin dari lirik , sedangkan dari musik dan penampilan, mereka tetap dikategorikan musik black metal.

Selain itu kita juga mengenal band Rudra dari Singapura, yang liriknya menceritakan kisah kisah dari kitab Mahabharata dan mitos mitos di negeri Hindustan, terkait para personelnya yang memang keturunan India. Kita juga bisa melihat contoh lain, seperti band Thagut di Amerika Serikat ,yang menyuarakan pesan pesan anti Islam, atau band Nile yang juga dari USA, diwakili oleh lagu mereka, “kafir”, yang isinya merupakan cemoohan / plesetan ayat ayat surah Al-Fathihah.

Dengan perkembangan musik metal yang makin pesat di seluruh dunia, tema tema lirik yang lebih beragam, sesungguhnya bisa kita lihat bahwa tidak ada hubungan langsung antara musik metal / black metal dengan satanisme. Sejatinya, musik adalah sesuatu yang universal, dia bisa didengarkan oleh orang dari agama apapun, suku bangsa apapun, kepentingan politik apapun. Musik didengarkan oleh telinga, dinikmati oleh hati, dan terkadang orang terpengaruh atau tidak peduli sama sekali terhadap pesan yang terkandung didalam liriknya. Ini berlaku untuk semua aliran musik. Terbukti. Walaupun musik pop banyak berkisah tentang kesetiaan cinta, namun para penikmat musik pop seringkali terjerumus kedalam perselingkuhan. Atau contoh lain, penikmat musik nasyid, yang tema liriknya selalu tentang kebaikan, pencerahan, namun kita tidak tahu apakah di kesempatan lain sang penikmat musik nasyid itu membuka website porno. Begitu pula dengan musik metal. Para musisi bebas berekspresi tentang kemarahan, kebencian, kekecewaan, satanisme, tapi setahu saya, sebagian besar penikmat musik metal hidup normal, bersahaja, tidak mencerminkan lagu lagu yang dinikmatinya. Segala sesuatu tidak bisa digeneralisir, dicap buruk seenaknya, disamaratakan, semua kembali pada diri sendiri, tanyalah kepada hati masing-masing.

Dengan adanya tulisan ini, diharapkan bisa memberi sedikit jawaban atas pertanyaan berbagai pihak, yang kerap menuduh musik metal sebagai musik sesat, musik setan, dan berbagai tudingan negatif lainnya.


Mohon koreksi dan kritikan atas tulisan saya ini.Silahkan di copy paste tulisan ini, semoga bermanfaat sebagai pencerahan pada semuanya.

2 komentar: